Kata-kata penyemangat hidup

“Habis gelap terbitlah terang.Habis kebodohan terbitlah cahaya ilmu.”
Kata-kata yang begitu singkat, tapi memiliki makna yang sangat dalam, dalam sekali. Habis gelap terbitlah terang seakak-akan mengandaikan pendidikan itu ibaratnya pelita yang akan mununtunmanusia buta, bodoh manuju cahaya ilmu yang gilang gemilang.
“Menulislah, atau kau akan menghilang dalam pusaran sejarah.”
Kata-kata yang indah, yang mamiliki makna amt dalam. Menulis itu pekerjaan panggilan hati, seorang penulis itu penjaga peradaban agar tidak punah, menulis berarti mengikat ilmu, menulis berarti seperti seorang bidan yang membantu kelahiran bayi-bayi sejarah yang akan dikenal, dirasakan, kemudian tumbuh menjadi besar. Menulis berarti membenihkan gagasan untuk diteurkan sebelum akhirnya berkecambah seperti pohon kacang plolong yang tumbuh terus menerus hingga keatas langit.
Bayangkan sebuah dunia tanpa tulisan, betapa sepinya, tak ada hiruk pikuk, pengetahuan, taka ada debat intelektual, perpustakaan-perpustakaan menjadi sepi.dunia hanya diliputi kertas kosong berwarna putih. Tak ada gedung-gedung tinggi sebab tak ada yang menulis tentang tehnik kontruksi bangunan, tak ada tanaman bonsai sebab parailmuan tak menuangkan bagaimana itu nengorbit tanamannya dalam sebuah tulisan. Tak ada pemerintahan bercorak nasionalisme sebab para penggagasnya hanya memikirkan ide itu didalam otaknya.
Peradaban sejarah lebih dikenal setelah berlalunya masa nirlekha (masa pratulisan) dimana manusia bisa meniru para pendahulunya setelah mereka berkomunikasi dengan buku, sebuah jembatan menuju mesin waktu masa silam. Kita membayangkan hidup dijaman para penulis itu larut didalamnya.
Mungkin salah satu pesan dalam kalimat itu adalah, mengajak kita untuk selalu menulis, menulis itu untuk mengekalkan kita, menulis juga sebagai amal shalih kita yang selama ini datang dan pergi tanpa sesuatu yang berarti, mereka datang seperti mendung dan menghilang seperti hujan, bahkan jejak-jejaknya sendiri menguap tanpa bekas.
Mereka yang tak pernah menulis nasibnya akan seperti bermiliar-miliar manusia yang lain, sejak zaman Nabi Adam hingga zaman akhir seperti ini, manusia datang silih berganti, ia seperti tunas-tunas muda, menjadi pohon tuasebelum akhirnya latu dan mat. Apakah kita yang dikaruniai akal dan fikiran akan memandang kehidupan inidengan cara yang sama? Kita manusia yang diserhi tugas untuk mengemban amanat ini, mengapa ikut musnah ditelan bumi???

0 Response to "Kata-kata penyemangat hidup"

Posting Komentar